Laman

Rabu, 17 Oktober 2018

Reportase Filsafat Pendidikan 7B #PertemuanKe-3

Hakikat Manusia
Diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri. Pandangan diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan juga kegagalan dirinya.
Diri dibagi menjadi 4 bagian :
1.        Dzat
                                    DZAT dalam bahasa Arab bukanlah matter, tetapi the Ultimate Being, Sang Penyebab dari Matter. Maka, Dzat dalam bahasa arab tidak bisa dibatasi/diukur massanya sebab istilah massa dalam ilmu fisika terkait dengan keterbatasan ruang dan waktu, sedangkan Zat dalam bahasa Indonesia bisa diukur massanya dan tidak bisa ber-ADA di dua tempat dalam waktu yang bersamaan.
2.        Sifat
                        Sifat adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Sifat memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga sifat dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

3.        Asma
                 Nama-nama (asma) adalah seluruh realitas luaran dari satu sisi dan dari sisi lain dimana para malaikat tidak mampu memikulnya dan tidak kuasa untuk terbang hingga puncaknya, dan sesuai dengan  ayat-ayat lainnya, nama-nama (asma), adalah realitas-realitas trasendental alam semesta; karena pada ayat 33, Allah Swt berfirman, "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi?" (Qs. Al-Baqarah [2]:33) sesuai dengan pandangan sebagian penafsir, tuntutan konteks ayat-ayat 30 sampai 33 surah al-Baqarah adalah bahwa rahasia ini tidak lain adalah nama-nama yang telah diajarkan kepadanya. Dan selain masalah-masalah yang tidak menjadi sorotan bukan pada "Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Artinya apa yang kalian tidak ketahui dan hanya berada pada kekuasaan ilmu-Ku, telah aku ajarkan kepadap Adam.
                 Karena itu, nama-nama realitas-realitas trasendental yang berada di atas pemahaman eksistensial para malaikat yang nota-bene di atas alam materi dan memiliki tingkatan gaib. Dan ilmu yang diajarkan kepada manusia adalah realitas-realitas tinggi yang merupakan sumber segala realitas alam semesta dan termasuk seluruh realitas alam baik yang trasendental atau pun imanen.
4.        Af’al
                        Af’al Allah adalah perbuatan Allah. Bahwa segala yang ada di dunia ini termasuk manusia adalah Af’al (perbuatan) Allah SWT. Adanya bumi, langit, manusia, malaikat, jin, surga, neraka dan yang lainnya merupakan Af’al Allah yang disediakan oleh Allah untuk manusia.

Hakikat dari manusia itu adalah kesatuan  jasad dan roh dalam sebuah sistem kehidupan. Dalam hal ini perlu kita tahu bahwa setelah roh ditiupkan atau dimasukkan ke dalam jasad oleh Sang Maha Pencipta, maka roh tersebut berubah namanya menjadi nafs (jiwa). Proses ini berlangsung pada saat penciptaan manusia pertama atau ketika bayi masih di dalam kandungan ibunya. Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari sifat sayang, penyanyang, dan menyayang.
Allah menurunkan ilmu menjadi ciptaan atau realitas. Sehingga muncullah relitas buruk ataupun baik. Semua tergantung dari manusia itu sendiri. “Allah tidak akan mengubah nasib suau kaum, sehingga manusia itu sendiri yang mengubah nasib mereka sendiri.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar